Aksi ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan bobotoh terhadap manajemen terkait persoalan tiket yang tak kunjung menemukan titik temu. Isi pamflet ditujukan kepada Deputi CEO PT Persib Bandung Bermartabat, Teddy Tjahjono.
Dalam pamflet yang disebarkan bobotoh berisikan hujatan kepada sosok Teddy Tjahjono di antaranya 'Tutup mata bos #TEDDYDAMANG' dan 'Prestasi atau Bati'.
Selain itu, beredar juga video beberapa orang yang berpakaian hitam-hitam menyalakan flare dan meminta Teddy Tjahjono untuk mundur dari jabatannya di Persib Bandung. Video yang ramai di media sosial itu berdurasi 56 detik.
Seorang bobotoh, Rangga mengaku sedih dengan konflik yang terjadi antara bobotoh dan manajemen. Namun, dia berharap permasalah yang terjadi saat ini bisa selesai dan menemukan titik temu.
"Semoga bobotoh dan manajemen bisa duduk bersama mencari solusinya, aplikasinya dibedain bobotoh dan komunitas," kata Rangga kepada wartawan.
"Sedih karena kita sebagai bobotoh bukan hanya ingin nonton sepak bola, ada audiens di dalam stadion. Apalagi di stadion dalam kondisi sepi ada yang hilang," ungkapnya.
Rangga mengatakan pemesanan tiket sejauh ini memang lebih mudah dan nyaman. Akan tetapi, khusus komunitas untuk lebih diperhatikan lagi karena memiliki massa yang banyak dan teroganisir.
"Kalau tiket menurut saya lebih enak, tapi perhatikan juga komunitas karena komunitas juga yang ngebangun Persib dan bobotoh juga komunitas, saya meskipun tidak masuk komunitas, tapi ada pengaruh dari komunitas lebih ubtuk cinta Persib," ungkapnya.
Keberadaan komunitas di stadion, diakui Rangga, memberikan dampak besar. Atmosfer pertandingan bisa lebih meriah dan para pemain semakin termotivasi untuk menunjukan kemampuan maksimalnya.
"Kalau menurut saya berdampak besar apalagi dengan grassroot komunitas ini dari akar rumput, member banyak, komunutas bisa lebih besar," terangnya.
Source: bola.com